ALIH WAHANA: Webtoon-cerpen


SPIRIT FINGERS
(스피릿 핑거스)
Webtoon by: Gyeong-Chal HAN


“Iya ngerti, ah ibu aku kan sudah lama gak keluar.”

“Bukannya kesal, ah siapa yang ketempat sembarangan?”

“Iya aku cuma mau beli buku sama temanku lalu pulang.”

“Duh tukang omel!” gerutuku sesaat setelah mematikan ponsel.

            Selalu saja seperti ini. Aku harus pergi keluar dengan alasan untuk belajar atau hal-hal yang di anggap ibu berguna. Setiap keluar, ia pasti akan meneleponku untuk sekedar memastikan aku berada di “jalan yang benar”. Benar-benar menyebalkan. Aku hampir tak pernah memperhatikan penampilanku karena terlalu sering belajar. Walau hasilnya sama saja. Aku akan mendapat nilai jelek di setiap ujian yang ada. Huft, melelahkan juga mempunyai ibu yang cukup protektif dalam hal akademik.

            Ini musim gugur dan udara sudah dingin. Pohon yang ada di pinggir jalan mulai botak kehilangan daunnya, dan semua orang mengenakan mantel mereka. Tentu saja aku juga begitu. Syal, mantel, celana jeans hitam, dan sepatu kets. Namun bedanya adalah... wanita yang kulihat disetiap jalan pasti terlihat cantik dengan gaya mereka sendiri. Ah, benar-benar membuatku iri saja! Aku memperhatikan kaki mereka yang jenjang, rambut indah, badan ideal, dan hal lain yang membuat mereka tampak sangat menawan. Kemudian dengan sedih aku melihat diriku sendiri. Hah mengecewakan sekali aku ini. Huh, lihat ini lemak di pahaku menumpuk. Namun syukurlah aku dapat menutupnya dengan mantel yang panjang. Ku harap Mirae dan Sera akan segera datang.

            Pemandangan yang seakan mematikanku itu membuatku begitu kesal sekaligus sedih. Kenapa bisa mereka begitu sih? Padahal mereka sama-sama manusia, aku juga manusia. hanya bedanya aku belum bisa merawat diriku saja kan? Aku berdalih mereka cantik! Pokoknya mereka cantik karena make up! Kalau sudah kuliah pun aku bisa secantik mereka. Aku akan diet dan mendapatkan badan ideal seperti mereka! Harus!

“Hei, lihat! Mereka itu gila ya? Ahahhahaha” suara tawa dari banyak orang tiba-tiba saja membuyarkan lamunanku tentang kalkulasi untuk mengurangi berat tubuh. Aku tak mengerti apa yang mereka tertawakan. Namun, aku menoleh saat seseorang menunjuk ke arah taman.

            Sepertinya memang benar mereka gila. Bayangkan! Siapa pula yang dengan begitu percaya diri mengenakan pakaian terbuka di cuaca yang dingin begini?! Aku sih tak akan mau. Tapi wanita itu cantik, jadi wajar saja. Ah hilangkan pikiran itu! Yang kini menjadi perhatianku itu, bagaimana bisa ia mengenakan rok pendek dengan baju tanpa lengan sambil berpose aneh mengenakan ban berenang?! Aku merasa malu melihatnya. Rambutnya juga sangat mencolok. Warnanya mint.
“Heh, kalian ini ingin menghukumku atau apa? Aku bisa mati kedinginan disini astaga!!!” wanita yang berpose aneh itu berteriak kepada sekumpulan orang yang sedang memperhatikannya lekat sambil sesekali menorehkan sesuatu di sebuah...buku mungkin? Ah, kurasa mereka sedang menggambar.

“Tahan sedikit lagi” ujar seorang wanita cantik yang mengenakan mantel hitam. Nadanya terdengar sangat dingin.

“Duh cepat! Kalian membuatku malu saja” wah, dia bisa malu juga.

“Tahanlah sedikit lagi”  teriak salah satu orang di kumpulan itu. Ia mirip sekali dengan tante-tante. Namun tetap cantik. Ia mengenakan pakaian pink, kacamata pink, dan mantel pink.

“Ah kalau begini lebih baik malu-maluin saja sekalian!!” teriaknya lantang sambil membuat pose yang lebih aneh lagi. Kini kupikir, aku ingin memiliki kepercayaan diri seperti kakak itu. Ia keren. Orang-orang sekitar juga tidak terlalu mencemooh mereka. Mereka menghibur.

            Bukan hanya itu. Aku sangat takjub dengan sekumpulan orang-orang yang menggambar kakak berambut mint itu. Mereka terlihat sangat senang, percaya diri, dan bersinar. Entah mengapa aku merasa sangat hangat melihatnya.

            Aku sibuk memperhatikan mereka dengan tatapan terpana. Melihat anggotanya satu-persatu dan mulai menyadari bahwa mereka rasanya memiliki gaya masing-masing. Begitu mencolok. Dan yang paling mencuri perhatianku adalah salah satu pria disana yang memakai mantel berwarna biru. Ia benar-benar tampan! Astaga, andai saja dunia ini adalah komik dan aku adalah pemeran utamanya. Ia mengenakan kacamata dan terlihat begitu fokus menggambar. Aku memperhatikannya lekat dan tanpa kusadari itu mengundangnya untuk menatapku balik. Kurasa salah satu penelitian yang kuanggap mitos bahwa seseorang dapat merasakan tatapan dari orang lain adalah benar. Mata kami saling bertemu dan tentu saja aku langsung memalingkan pandanganku. Aku bisa sesak napas saking deg-degannya.

“Permisi” suara berat seorang pria tiba-tiba saja muncul. Sontak itu membuatku menoleh dan mendapati orang yang kukagumi beberapa saat lalu berdiri di hadapanku. Ia tersenyum sangat lembut dan membuat udara sekitarku panas. Ya! Panas sekali karena aku yakin wajahku pasti memerah karena malu. Jantungku juga berdegup kencang dan ini membuat diriku berkhayal.

“Ya?” jawabku dengan suara sestabil mungkin.

“Apa kamu keberatan untuk menjadi model gambar kami?” tanyanya dengan nada lembut. Astaga, kurasa aku kehilangan akalku dan dengan jelas mengatakan “Aku sedang sibuk sih, tapi baiklah”. Benar-benar bodoh.

            Kakak tampan itu membawaku kepada teman-temannya. Aku merasa kikuk! Aku begitu kagum terhadap mereka dan merasa minder sekarang. Namun hanya menjadi model gambar saja seharusnya bukan masalah besar kan?

“Waah tolong yaa... hanya 3 menit saja kok” tiba-tiba kakak berambut mint yang berpose sebelumnya datang menghampiriku. Ia terlihat sangat ramah. Kurasa aku harus menggantikannya sebab aku yakin ia sangat kedinginan. Untung saja ia telah mengenakan mantel tebal sekarang.
“B-baik!” jawabku kikuk.

            3 menit yang kutempuh rasanya seperti 3 jam. Aku tidak mengerti mengapa kakak itu bisa bertahan dengan pose aneh di tengah-tengah cuaca yang dingin ini.

“Kau pasti kedinginan ya? Tolong tahan sedikit lagi ya” pinta salah satu kakak perempuan bermantel pink di sana. Mereka memberiku semangat agar aku tak begitu kedinginan kurasa. Padahal pose yang kulakukakan hanya berdiri di tengah-tengah. Benar-benar hanya berdiri saja. mematung dan tidak bergerak.

“Maaf ya” kakak tampan bermantel biru berbisik. Suaranya memang tidak terdengar. Namun, itu membuat semangatku kembali tumbuh! Rasanya tidak dingin lagi sekarang. Terimakasih kak!

‘Baiiklaah sudah selesai!!!” ujar kakak berambut mint dengan nada tinggi. Ia terlihat bersemangat sekali. Kemudian, kakak yang lainnya pun ikut berseru.

“Hei mana hasil gambar kalian” aku masih beridiri melihat mereka yang sibuk dengan hasil gambar masing-masing. Hah, aku jadi merindukan masa-masa saat aku senang menggambar. Yah, itu saat TK sih.

“Hei kalian! Beri hasil gambarnya kepada modelnya juga doong~” itu kata kakak berambut mint lagi. Kalau dilihat dengan lekat ia memang sangat cantik sih. Setelah perkataannya itu, semua kakak-kakak yang sedari tadi ribut melihat gambar masing-masing langsung menyerbuku.

“Ini dia gambar yang telah kubuat! Ku harap kau menyukainya ya! Kau bisa memajangnya jika kau mau” ujar kakak bermantel merah.

            Awalnya aku sangat senang. Namun, setelah melihat hasil gambarnya aku menjadi terpuruk dan tak enak. Sangat buruk! Aku terlihat lebih jelek. Atau memang aku seperti itu? Namun, darimana pula asal rasa percaya diri kakak itu dengan gambarnya. Yah, setidaknya aku sangat bersyukur ada orang yang mau menggambarku.

            Aku menerima semua gambar yang mereka buat. Kakak bermantel biru yang tampan itu memberikan gambarnya paling akhir. Ia mengucapkan terimakasih kemudian pergi. Aku mematung karena senang dan saat melihat hasil gambarnya aku benar-benar dibuat takjub. Astaga! Ini baru masterpiece! Bagaimana bisa seseorang menggambar hal sebagus ini selama 3 menit saja?!

            Aku menemui catatan kecil dibagian bawah gambar dan sangat senang membacanya. Ini isinya. “Terimakasih sudah memberi 3 menitmu yang berharga! Setiap minggu kami selalu menggambar di sekitar sini. Kalau tertarik hubungi ya~ 010-xxxx-xxxx.” Astaga!!! Ini benar-benar anugerah!!

**********************************************
 




“Ah aku tidak percaya Wooyeon mendapat kontak pria tampan” ujar Mirae.

            Sekarang aku berada di restoran dengan kedua temanku. Mirae dan Sera. Kami sangat akrab karena kami teman sejak TK. Heh, akupun tidak percaya akan selama itu. Mirae itu memang sangat menyebalkan. Ia akan mengomentari apapun yang aku dapat. Terkadang aku sakit hati, namun sebenarnya pun ia sangat baik kepadaku.

“Beneran kok! Dia menawariku untuk ikut klub menggambarnya kok!” kujawab ucapannya dengan sewot. Beneran deh, aku memang sering beruntung saja.

“Kakak itu jago juga menggambarnya” ujar Sera. Ia sedang melihat gambar kakak tampan yang kubicarakan sedari tadi.  Sera ini berbeda dengan Mirae. Ia sangat baik, cuek namun perhatian, pintar, dan pastinya cantik.

“Ya kan?! Sudah kubilang!”

“Klub menggambar seperti apa sih? Terkenal gak?” tanya Mirae. Serius, anak ini memang sangat mengesalkan.

“Aku belum tau sih. Lagipula sudah lama sekali aku tidak menggambar” ujarku ragu-ragu.

“Yah coba saja kau hubungi kakak itu. Tidak ada salahnya juga kan?” tanya Sera.

“Iya sih, tapi aku bingung akan mengatakan apa nantinya”

“Pokoknya aku tidak percaya Wooyeon mendapat kontak pria tampan!” Mirae mulai ngotot dan aku berusaha mengabaikannya.

“Yasudah cepat telepon orang itu” ujar Sera. Ia terlihat sedikit gemas dengan sikapku. Hehe, aku begitu pengecut untuk menelpon seorang pria. Karena ini pertama kalinya dalam 18 tahun hidupku.

“Pasti! Tapi gak sekarang!!” aku ngotot ke Sera dan ia mencoba memaklumi.

“Baiklah jika itu maumu. Pokoknya kalau ada apa-apa tanya saja ya” ujar Sera lembut. Lebih seperti cuek sebenarnya. Air mukanya selalu datar. Namun ia benar-benar sangat perhatian dan lembut seperti seorang ibu.

“Terimakasih banyaaak Sera~huhu” aku memeluknya. Ia benar-benar baik..

“Tuuut” aku tahu ini bunyi telepon.

“Nah, daripada ribet mending begini kan?” aku sibuk berbicara kepada Sera sampai lupa bahwa Mirae ini benar-benar berbahaya.

“Astaga apa yang kau lakukan! Aku kan nggak tahu akan berbicara apa nantinya” ujarku panik.

“Yah...kurasa kita kecolongan” ujar Sera datar.

Hey, ini kesempatanmu!” Mirae terlihat sangat bersemangat sekali. Huh, kurasa ia benar-benar menyebalkan.

Halo?” tiba-tiba terdengar suara seorang pria dari seberang teleponku. Aku terkejut dan sangat bingung akan menjawab apa.

“Halo. Ini model cantik yang kau gambar tadi” sial! Mirae merebut teleponku dan mengatakan yang tidak-tidak. Ya tuhan...aku sangat malu.

“Berikan padaku” ujarku dengan berbisik.

Oooh.. kau model yang tadi di Hongdae itu ya. Jadi, apa kau tertarik masuk ke grup gambar kami?” telepon sudah berada di tanganku saat ia menanyakan hal itu.

“I-iya benar. Aku tertarik untuk menggambar. Tapi kak...” aku ragu. Aku tidak bisa menggambar. Lantas apa aku boleh ikut grup itu?

Ya? Apa ada sesuatu yang ingin kau tanyakan?”

“Aku sebenarnya tidak bisa menggambar” jawabku ragu. Aku rasa aku akan ditolak untuk masuk grup menyenangkan itu. Untuk memiliki kesemptan dekat dengan kakak itu.

Hmm... begitu ya. Apa kau suka menggambar?” tanyanya lagi.

“Tentu! Aku sangat suka dan tertarik untuk menggambar. Namun, aku tidak begitu pandai menggambar” kuungkapkan yang sebenarnya. Aku memang sangat suka menggambar. Dahulu aku sering sekali menggambar. Namun, ketimbang dengan menggambar. Ibuku lebih menyukai jika aku belajar saja karena ia menganggap menggambar adalah hal tak berguna.

Baik! Itu saja sudah cukup kok. Asal kau suka menggambar itu sudah cukup. Kau tidak perlu memiliki gambar bagus untuk menjalankan apa yang kau sukai kan?” ujarnya dengan yakin. Aku sangat tersentuh saat itu juga dan merasa bahwa takdirku mungkin akan berubah nantinya.

“Iya! Baiklah” kujawab omongannya dengan mantap. Kini aku yakin akan mengikuti klub itu!

            Percakapan kami selesai sampai disitu. Sera dan Mirae kemudian ribut-ribut membicarakan soal taruhan. Apakah kakak itu tampan atau tidak.

“Hei lihat! Aku dapat notif!” kulihat layar ponselku yang memampangkan bar aplikasi line.

Kau diundang dalam grup Spirit Finger” itu adalah deretan kata yang kubaca saat membuka bar tersebut dan terhubung ke dalam room chat.

“Wah namanya bagus juga. Spirit Fingers” ujarku dengan senang.

“Hei!! Coba lihat apa ada foto kakak tampan itu?” ujar Mirae tak sabar. Aku membuka kontak di grup dan mencarinya.

“Ada!! Ini ada foto profilnya!” ujarku bangga. Semoga ini dapat membungkam Mirae hahahaaha. Ku sentuh profil kakak itu.

“Oh, jadi namanya kak Seonho ya” ujarku dengan senang. Kemudian ku sentuh bagian foto profilnya.

“Wah gila! Yeon kau benar-benar” Mirae kini kaget. Ia memalingkan wajah dari Sera yang mulai menagihinya uang taruhan. Yah, hari ini cukup menyenangkan.

                                                **********************************
           
            Ini hari minggu. Hari pertamaku sebagai seorang anggota klub spirit fingers. Aku sangat bersemangat sekali. Bayangkan saja, aku mencoba untuk mengenakan kontak lens untuk pertama kalinya. Semua ini demi bertemu kak Seonho~hohoho

            Ibulah yang mengantarku untuk pergi ke tempat tujuan. Tapi tentu saja aku harus berbohong. Aku mengatakan akan belajar bersama Sera di perpustakaan dan ibu percaya. Namun, hal yang paling tidak mengenakkan dari ibu adalah sifatnya yang suka membandingkanku dengan kakak dan adikku. Ia juga sering memprotes wajahku yang tidak mirip wajahnya. Aku cukup muak mendengar itu. jadi selama perjalanan, aku mengenakan earphoneku dan menyetel lagu kesukaanku. Ini semua demi minggu yang indah.

“Iya, iya! Aku akan menelpon nanti” ujarku sambil keluar mobil dan mulai melaju pergi. Aku tak menghiraukan teriakkan ibu yang mengingatkanku akan poni yang menutupi jerawatku-bahwa itu akan lebih buruk jika tertutup poni-.

            Aku benar-benar sangat senang dan bersemangat. Entah sudah berapa kali aku meyakinkan diri bahwa hari ini akan baik-baik saja. Aku berpura-pura masuk ke perpustakaan saat baru turun dari mobil. Itu akan membuat ibu yakin bahwa putrinya akan belajar sesuai apa yang dikatakan. Saat mobil ibu sudah tak tampak. Aku segera pergi ke stasiun. Yaps! Aku akan pergi menemui kak Seonho dan anggota lainnya di Hongdae. Mereka telah mengirim lokasinya di line, jadi aku tak perlu takut tersesat.
            Bukan loket stasiun yang menjadi tujuan awalku, justru toiletlah yang langsung ku kunjungi sesaat setelah sampai stasiun. Sebenarnya aku hanya ingin melihat bagaimana penampilanku. Aku bercermin dan memperhatikan kontak lens yang kugunakan. Rasanya tidak terlalu nyaman, namun ini harus kulakukan demi pertemuan pertama dengan para anggota spirit fingers lainnya.

“Wah lihat. Anak cupu sekarang ternyata sudah coba memakai kontak lens ya. Hahahaha” suara seorang wanita tiba-tiba saja terdengar disusul dengan suara tertawa dari perempuan lain. Aku tahu mereka sedang berbicara tentangku. Aku merasa tak nyaman dan menunduk.

“Lihat pakaiannya. Itu sih pakaian ayahku~hahaha” mereka tertawa lagi. Memperolok diriku. Aku tak mengerti mengapa mereka harus mengomentari apa yang kupakai. Apa urusan mereka?

            Aku merasa kesal. Jadi, kuputuskan untuk melihat kearah mereka dengan tatapan sinis. Tiga orang wanita cantik dan mereka semua kembar. Aku mulai bergidik menyadari bahwa mereka menatapku balik dengan tatapan yang lebih sinis. Karena itu, aku memutuskan untuk keluar dari toilet saat itu juga.

            Huft gila! Aku tak pernah suka berurusan dengan cewek-cewek preman begitu. Aku tak pernah menyangka akan bertemu mereka begini. Kini aku berada di lorong yang tak jauh dari toilet. Mencoba bercermin kembali karena merasa terganggu dengan kejadian di toilet tadi.
“Hei, kau tadi menatap kami dengan sinis kan?” suara wanita tadi tiba-tiba saja terdengar dari belakangku. Aku menoleh dan melihat mereka sudah mengepungku di ujung lorong yang sepi begini. Bagus! Aku akan dihabisi.

“Hei kau dengar gak?! Gila ya, cewek cupu ini berani sekali” mereka benar-benar mengintimidasiku. Aku hanya menunduk melihat lantai dan mengatakan dengan suara lirih bahwa aku tak melakukan hal yang mereka sebutkan.

“Hah? Katakan lebih keras dong!” ujar mereka dengan nada yang semakin tinggi tiap menitnya.
“Aku gak melakukannya~” ujarku lirih sekali lagi. Kuharap semua ini berakhir. Aku mohon..
“Ah, begini saja. Karena kau begitu ingin cantik. Maka kami akan membuatmu cantik. Kau ingin kami mendandanimu kan?”

            Selanjutnya mereka mulai mengeruminiku dan melakukan hal yang tak akan kusukai seumur hidupku. Mereka memaksaku untuk mengikuti perintah mereka. Aku benar-benar takut sekali. Aku tak tahu apa yang mereka lakukan dengan wajahku, namun aku sangat yakin ini bukanlah hal yang akan berakhir dengan bagus.

“Sudah selesai!! Lihat ini masterpieceku! Hahahaha”  mereka tertawa dan membalikan badanku ke arah kaca. Aku sangat terkejut karena wajahku benar-benar sangat berantakan.

            Aku hampir menangis dan selalu mengatakan kata maaf. Namun mereka justru menjambak rambutku dan mulai mencaciku. Aku benar-benar takut!

“Sudah selesai make up nya. Berterima kasihlah kepada kami karena kami membuatmu begitu cantik! Hahaha” setelah mengatakan itu mereka pergi.

            Aku mengusap wajahku dengan tisu. Namun, make up mereka yang aplikasikan ke wajahku sangat tebal dan sulit hilang. Astaga! Aku benar-benar buruk. Mengapa aku tak bisa melawan mereka? Mengapa aku sangat pengecut? Aku tak mengerti mengapa dunia begitu kejam?!

“Ah siaal! Hei kau!” aku dikejutkan oleh suara berat seorang pria. Apa aku akan terkena masalah lagi?
            Aku menengok dan melihat pria seumuran denganku sedang lari. Ia terlihat sedang... kesakitan mungkin?

“Hei apa kau-“ ucapannya tiba-tiba terputus dan ia mulai tertawa saat melihat wajahku yang cemong. Astaga aku lupa bahwa aku benar-benar sedang kacau.

“Ahahahahaha..apaan itu? kenapa kau terlihat seperti badut? Ahahaha. Eh aduuh” ia tertawa dengan kerasnya. Namun sedetik kemudian ia kesakitan memegang perut dan bokongnya. Sialan! Sepertinya orang ini sangat mengesalkan.

“Hei aku bagi tisumu. Tisuuu. Aduh perutkuu” sepertinya ia dalam kondisi yang benar-benar darurat. Jadi kuberikan beberapa helai tisu kepadanya karena kasihan. Rasanya aku ingin menertawakan dirinya yang terlihat begitu bodoh.

“Ah terimakasiiih banyaak”ujarnya dengan wajah yang terlihat puas. Aku benar-benar tak bicara apapun kepadanya. Tidak sama sekali karena aku merasa sangat bodoh.

“Eh. Loh kok. Wah gila! Benar-benar tidak sakit lagi! Terimakasih banyak wanita tisu”

“Kau ini apa-apaan sih?! Tiba-tiba datang menertawakanku dan meminta tisu” aku merasa heran sekaligus kesal. Ah menyebalkan! Mengapa pula aku harus bertemu pria ini. Ditambah lagi, seragam yang ia kenakan berasal dari sekolah C yang dianggap sangat bringas. Namun aku entah mengapa aku tidak takut dengannya. Ini karena ia terlihat sangat bodoh. Lebih dari diriku hoho~

“Ah maaf ya. Aku Cuma kaget lihat mukamu yang begitu hihi~. Tapi karena kau telah berbaik hati padaku. Maka aku akan memberikan wejangan secara gratis untukmu” ia mengucapkannya tepat di depan wajahku. Benar-benar tepat di depan wajahku! Aku sedikit takut karena hal tadi. Jadi kupalingkan wajahku.

“Heh memangnya kau siapa? Motivator bukan, pengusaha bukan, psikolog juga bukan” ujarku tanpa melihat wajahnya.

“Hei dengarkan dulu!” paksanya.

“Begini. Kau tau apa yang paling penting dalam berkelahi? Tatapan matanya. Tatapan! Ingat itu! Kau harus membuat lawanmu takut saat melihat tatapanmu” ujarnya dengan percaya diri. Tingkahnya seolah-olah ia adalah seorang cendikiawan yang sangat terkenal. Aku ingin tertawa melihat hal itu.

“Aku tidak ingin tau trik berkelahi!” ujarku sewot.

“Terserahlah... tapi kau juga harus tau” kini wajahnya mulai tampak serius dan membuatku menjadi takut untuk tidak menjawab.

“Apa?”

“Jika kau gak salah. Jangan takut! Sampai jumpa ya wanita tisu~” ia mengatakan itu sambil berlalu. Aku sangat terkejut saat ia menepuk kepalaku. Aku merasa seakan-akan ia memberikanku semangat. Aku tidak tahu apakah ia tahu aku baru saja terkena masalah. Namun, dengan kata-katanya itu aku merasa sangat senang dan merasa semangat lagi.

“Aduh! Kenapa mulai sakit lagi! Mau keluar astaga!” ia masih saja berjalan aneh. Rasanya kekagumanku bisa hilang begitu saja karena pria itu. Tangannya memegang bokong dan yang satunya memegang tisu yang kuberikan. Huh, bahkan sifatnya sangat konyol.

            Kuputuskan untuk ke toilet dan membasuh wajahku yang sangat menyeramkan. Astaga, rasanya aku seperti melihat joker saat bercermin. Ini benar-benar buruk.

            Kontak lens yang kugunakan dan membuatku tak nyaman kini kulepas. Aku juga menjepit poniku agar jerawat di dahiku tak bertambah buruk seperti kata ibu. Kutatap wajahku dicermin dan mulai tersenyum. Benar. Aku memang harus lebih berani seperti yang dikatakan pria tukang boker itu.
                                                                                                                                                                                                        
            Cafe yang menjadi tempat kumpul spirit fingers sudah di depan mata. Kuharap aku tidak salah tempat.

            Cafe itu bernama ‘Dadada’ aku tak mengerti apa artinya. Namun suasananya sangat ceria dan berwarna. Saat aku masuk, semua perabotan berwarna-warni. Bukan warna yang mencolok, jadi saat melihatnya pun hatiku senang dan bersemangat. Mungkin saja itu memang konsep yang ingin disuguhkan cafe ini.

            Aku sangat terkejut saat kedatanganku disambut oleh seekor anjing yang besar. Kurasa jenis anjing barbet. Tubuhnya besar dan dipenuhi oleh bulu-bulu lebat yang keriting.

“Big foot!” aku menoleh ke arah sumber suara dan mendapati seorang pria. Sepertinya ia pemilik cafe ini. Ia juga seorang asing, kumisya panjang dan tegak seperti orang Prancis. Ia memanggilku senorita, jadi aku cuup yakin ia orang Prancis.

“Ah maafkan dia. Big foot memang senang dengan orang” ujar pemilik cafe itu dengan senyum ramah. Begitu ya, jadi nama anjing lucu ini Big foot. Ah, ia juga bisa bahasa Korea ternyata.

“Mau pesan apa?” tanyanya saat aku sudah berada di depan meja dapur yang menyatu dengan meja kasir.

“Ah anu... s-saya..itu klub menggambar” duh aku gugup sekali. Aku tak melihat kak Seonho di manapun. Jadi, kupikir aku salah tempat.

“Oh! Kau anggota spirit fingers ya” ujarnya. Sepertinya memang benar ini tempatnya.

“Benar!” jawabku.

“Mari ikuti saya” ia mengatakannya seraya keluar dari meja dapur. Ia menuntunku ke ruangan yang memiliki banyak pintu. Wah! Tempat ini luas juga. bayangkan saja, deretan pintu berjejer di sepanjang koridor dan aku tak tahu harus kemana. Pintu itu berwarna-warni seperti cafenya.

“Anda lihat pintu biru di ujung sana? Anda bisa pergi kesana. Tadi sudah ada yang datang” ujar  pemilik cafe itu.

            Aku berjalan sambil melihat deretan pintu yang begitu banyak. Aku penasaran apa saja yang ada di dalam ruangan ini. Big foot berjalan di depanku, sepertinya anjing besar ini mencoba menjadi seorang giude hihi~

                Saat membuka pintu. Aku di buat kagum oleh pemandangan ruangan yang sangat klasik dan benar-benar aestethic. Kak Seonho sudah datang dan kini ia sedang asik bermain piano yang ada di ruangan itu. sepertinya ia tak sadar bahwa ada seseorang yang masuk. Huh, padahal ia bilang sangat bosan karena datang lebih awal dibanding yang lain. Ia sampai menyuruhku untuk cepat kemari. Namun kelihatannya ia sangat menikmati acaranya sendiri.

“Permisi kak” ujarku pelan. Ia menengok dan tersenyum lembut. Benar-benar pria yang baik!

                Kami berbincang-bincang seputar Spirit Fingers. Ia menceritakan tentang anggota-anggotanya yang memiliki nama sesuai dengan warna kesukaan mereka. Bukan nama asli tentu saja, melainkan nama anggota. Kak Seonho sendiri adalah Blue Finger karena ia menyukai warna biru. Ia mengatakan bahwa Spirit Fingers ini awalnya hanya grup yang ia buat dengan Mint Finger. Kakak yang rambutnya berwarna mint. Namun, entah mengapa ternyata ada yang ingin ikut selain mereka. Kak Seonho adalah mahasiswa Dkv, dan kak Mint Finger adalah mahasiswa tata panggung. Mereka sangat hebat!

                Kami berbincang tentang banyak hal sampai semua anggota berkumpul dan mulai memperkenalkan dirinya satu-satu. Kakak yang ku bilang mirip tante-tante ternyata adalah seorang pemilik butik. Walau ia sudah berumur, namun gaya pakaiannya sangat keren. Ia mendapat julukan Pink Finger karena suka warna pink. Kakak yang berambut putih dan bersifat dingin bernama Black Finger. Ia sangat cantik dan imut seperti anak kecil. Gayanya sangat mencolok. Ia juga memiliki butik, namun butiknya bertema rock dan Gothic persis seperti gayanya. Namun, aku sangat terkejut mengetahui umurnya yang sudah 30 tahun. Ia sangat awet muda. Kakak yang mirip seperti paman-paman dan berbadan gemuk adalah Brown Finger. Gambarnya sangat unik dan ia sangat baik. Kakak laki-laki yang sepertinya seumuran dengan kak Seonho adalah Khaki Finger. Ia terlihat sangat misterius namun ia juga baik.

                Semua sudah memperkenalkan diri dengan gaya masing-masing. Kini mereka menyuruhku untuk menentukan namaku sendiri. Aku sangat bingung, ditambah aku juga harus memiliki gaya sendiri saat memperkenalkan diri. Untung saja kak Mint Finger mengusulkan namaku sebagai Bablue. Atau baby blue. Biru muda, biru langit. Aku sangat suka, jadi aku setuju saja.

                Entah mengapa, saat berkumpul bersama mereka aku sangat senang. Aku begitu percaya diri. Bahkan dengan cepat aku sudah menentukan gaya perkenalanku sendiri. Gaya yang dimaksud itu adalah pose. Memang aneh namun ini sangat unik. Aku melakukan hal konyol saat memperkenalkan diri. Karena gugup, aku justru bergya seperti ubur-ubur. Untung saja semua tertawa. Huft...

“Tunggu satu orang lagi yaaa Babblue. Anak ini memang sagat lambat!” ujar kak Mint kepadaku. Ia terlihat kesal.

“Aku datang!” sebuah suara tiba-tiba saja muncul beriringan dengan suara pintu yang dibuka.

“Akhirnya Red Finger datang juga” ujar kak Seonho dengan senang. Aku menoleh dan sangat terkejut mendapati orang yang meminta tisu kepadaku di stasiun ada di ambang pintu.

“KENAPA KAU DISINI?!” kami berteriak bersamaan dan membuat semua anggota bingung.

“Wah kalian sudah saling kenal ternyata! Baguslaaah” ujar kak Mint dengan senangnya. Tidak. Aku tidak mengenal orang ini. Hanya saja... kami tak sengaja bertemu.

“Hah aku tidak kenal dengannya. Ia itu hanya wanita yang kutemui saat di stasiun tadi. Ternyata mukanya sama saja yan walau make up nya sudah dihapus. Hihiihi~” ujarnya sembari menunjukku dan tertawa cekikikan. Dasar sialan!

“Hei! Apasi yang kau katakan kepada anggota baru kita! Berlakulah dengan sopan dasar anak kurang
 ajar!” ujar kak Mint dengan nada tinggi sambil menjewer kuping pria itu.

“Lihatlah. Mereka mulai bertengkar lagi. Astaga kalian kan adik kakak. Bisa tidak kalian akur sehari saja” ujar kak Seonho yang membuatku tertohok. Adik kak Mint?! Bocah itu?!

“Ah iyaaaa... tapi lepaskan dulu ini duh!” Ia mengaduh dan berusaha melepaskan jeweran itu.

“Maafkan aku! aku hanya bercanda” ia mengatakannya dengan wajah memelas. Sebenarnya aku kesal. Namun aku tak bisa menolak permintaan maaf seseorang.

“Iya tidak apa-apa” ujarku dengan senyum yang dipaksakan.

“Jika ada yang berani melakukan hal buruk pada adik kecil kami Bablue. Maka orang itu akan celaka!!” ujar kak Mint sambil melirik tajam ke arah orang yang katanya adalah Red Finger.

                Setelah itu, kami semua mulai menggambar dan aku menjadi model karena aku anak baru. Yah tak lama sih karena hanya 3 menit saja. Kak Seonho bilang hal seperti itu namanya Croquis. Kami bergantian menjadi model, jadi bukan hanya aku saja. Kak Mint bilang. Setiap pertemuan nanti, mereka selalu mengadakan tema berpakaian. Jadi, kami harus datang sesuai tema dengan gaya masing-masing.

                Setelah selesai menggambar kami semua tidak pulang. Kami berbincang-bincang tentang banyak hal. Mereka benar-benar terbuka dan sangat ramah. Mereka menerima diriku yang masih baru dengan baik. Aku diperlakukan sebagai adik dan tentu saja merasa senang akan hal itu. Aku tak sabar untuk mengikuti acara ini minggu depan!
                                                               ***********************
 

               
                Sudah lebih dari setahun aku bergabung dengan Spirit Finger dan aku benar-benar senang. Sangat senang! Aku benar-benra bisa merasakan masa mudaku selain belajar dan segala keinginan kedua orangtuaku yang sangat ketat. Aku menjadi sangat percaya diri, aku tidak lagi merasa minder. Segala dorongan yang diberikan kakak-kakak di Spirit Finger membuatku terus beridiri dan semakin semangat. Di tambah dengan Red Finger. Nama aslinya adalah Kijeong Nam atau sering disebut nam pop karena kebiasaan bokernya hihi~. Ia sangat konyol dan benar-benar menakjubkan. Aku tak pernah menyangka bahwa ia akan memiliki perasaan kepadaku.

“MAU NGGAK NIKAH DENGANKU?!” iya benar. Itu yang ia katakan pertama kali saat menyatakan perasaannya kepadaku. Bayangkan! Aku dan ia masih sama-sama SMA dan ia mengajakku untuk menikah. Itu adalah hal gila!

                Aku menceritakan itu kepada Mirae dan Sera. Mereka saja sampai tertawa dan merasa aneh dengan Kijeong. Namun, kalian juga harus tahu bahwa Kijeong ini sangat baik. Memang tampangnya saja yang bodoh dan gayanya seperti preman. Namun, aku benar-benar sangat ingat saat pertama kali ia menyatakan perasaannya. Setelah ia memintaku untuk menikah dengannya, aku tertawa sinis.
“Kenapa?” tanyanya saat itu.

“Gak apa-apa. Kau ini aneh. Jika kau bilang begitu kau sama saja sedang membandingkan aku kan?” saat itu aku benar-benar merasa hal yang seperti itu tidak mungkin. Kijeong, dilihat bagaimanapun ia tampan dan aku?

“Maksudmu aku ngebandingin dirimu dan aku gitu?”

“Iya. Kau kan ganteng” ujarku spontan. Sebenarnya aku lebih menyindirnya.

“Terus kau jelek gitu?” tanyanya sambil menatapku dan tentu aku langsung menunduk.

“ya, memang begitu kan” jawabku sambil tersenyum kecut.

“Enggak tuh! Kau itu cantik! Coba lihat sini” aku benar-benar terkejut saat itu. ia langsung menarik wajahku ke depan wajahnya.

“Tuh kan cantik” ujarnya sambil tersenyum. Aku yakin wajahku memerah saat itu. sebab Kijeong mengatakannya dengan nada polos dan terdengar tulus.

                Aku langsung kabur saat itu juga karena malu. Aku juga tak menceritakannya kepada Sera dan Mirae saat itu. Pokoknya Kijeong Nam sudah mengubah hidupku! Aku dapat merasakan bagaimana seseorang mengkhawatirkanku saat aku terluka. Temanku memang selalu melakukannya. Namun karena ini adalah aku. seorang Woyeon yang tak pernah merasakan berpacaran dengan siapapun semasa hidupnya. Aku sangat tersentuh dengan sifat Kijeong. ia tak menilai penampilan luarku yang hanya anak cupu dan pengecut. Ia benar-benar melihat sesuatu dari sisi yang berbeda dan kuharap aku bisa melihat dirinya dari sisi yang berbeda juga. Karena, bagaimanapun kami sudah berpacaran. Huft, rasanya aku seperti seorang wanita yang sok jual mahal ya? Padahal sebenarnya butuh proses juga untuk menyukai seorang Kijeong Nam yang unik.

                Semua yang ada di Spirit Fingers membuatku mengerti makna hidup. Aku benar-benar merasakan bagaimana rasanya menjadi orang yang bebas dari keinginan orang tuaku. Aku tak ingin seperti adik dan kakakku yang impiannya selalu ditentukan oleh kedua orangtuaku. Rasanya sedih sekali saat melihat adikku Woodol tidak memiliki satu pun teman karena ibu pernah mengatakan padanya bahwa teman pada akhirnya akan menyakitimu. Namun, aku senang. Karena akhirnya ia mendapat teman karena aku berhasil menariknya untuk menjadi “anak SD yang seharusnya”. Anak yang selalu ceria bermain dengan teman dan bukannya terus menerus belajar dan berkutat dengan buku.

                Pada akhirnya, aku memutuskan untuk mengambil jurusan tata panggung seperti kak Mint Finger. Aku ingin sekali menggambar dan mencurahkan segala isi hatiku di atas sebuah media yang polos.

                Aku ingat bagaimana anggota Spirit Fingers membantuku untuk percaya diri.
“Kau gak perlu memikirkan apa yang orang lain katakan. Jika kau ingin lakukan sesuatu dan mengenakan sesuatu. Maka lakukanlah. Pada akhirnya mereka juga Cuma bisa bungkam” ujar kak Pink Finger saat aku tak percaya diri dengan apa yang ku kenakan.

“Pokoknya kau tidak boleh merasa dirimu jelek! Aku memiliki mantra yang harus kau ucapkan setiap hari dan lakukan saat bercermin. Katakan aku cantik banyaknya. Itu akan membuatmu lebih percaya diri” ucap kak Black Finger saat aku mulai mereasa sangat buruk.

                Aku tak pernah sebahagia itu dalam hidupku. Menemukan teman, menghadapi masalah bersama dan berbagi cerita. Aku harap, suatu saat nanti akan ada seseorang yang meneruskan klub gambar kecil kami. Aku sangat berharap mereka dapat membantu seseorang yang terpuruk dan menjauhkan mereka dari keterpurukan. Terimakasih semua. Kini aku menjadi Woyeon yang lebih baik, kini diriku yang lama telah pergi dan aku menjadi pribadi baru yang lebih baik lagi.


Komentar

Postingan Populer